DUTANUSANTARAFM.COM: Meledaknya angka kematian sapi di Ponorogo yang ter ekspos dimedia dalam beberapa hari ini, akhirnya menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan DPRD. Sejak ditetapkan sebagai kabupaten darurat PMK 5 Juni kemarin, sampai 20 Juni kemarin ternyata dana cadangan belum dikeluarkan dan belum digunakan. Dinas Pertanian Ketahann Pangan Dan Perikanan sebelumnya masih menggunakan dana alokasi mereka sebanyak 20 juta untuk berburu obat-obatan dan ternyata kesulitan mencari obat. Akhirnya karena kekurangan obat-obatan dan tenaga medis veteriner terjadi ledakan kasus dan jumlah sapi mati meningkat drastis. Data dari 6 kepala desa Di Kecamatn Pudak dengan data yang dipegang oleh Dinas Pertanian Ketahan Pangan tidak pernah sinkron. Data dari kepala desa di Kecamatan Pudak Per 20 Juni 2022 jumlah sapi mati , mati di potong paksa dan mati di jual ke jagal karean terinfeksi PMK mencapai angka 500 ekor , angka tersebut dipastikan terus bertambah. Sehingga menyebabkan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko turun ke Pudak memimpin proses percepatan penanggulangan PMK. Dengan kondisi tersebut ketua DPRD Ponoroog Sunarto mendukung penuh langkah Bupati untuk membantu rakyat yang terkena bencana non alam PMK ini
Sunarto menyampaikan data sapi mati di 5 kecamatan di Ponorogo Per 20 Juni 2022 menurut laporan yang diterimanya adalah 113 ekor . Atas kasus tersebut dewan mendukung dikeluarkan dana cadangan untuk kebencanaan PMK ini. Terpenting penggunaannya sesuai dengan regulasi yang ada dan untuk rakyat yang terkena wabah PMK.
“Total dana cadangan kita adalah 10 Milyar , Silakan di gunakan untuk menanggulangi bencana non alam PMK ini . Terkait kekurangan obat-obatan dan tenaga medis silakan bupati mengambil langkah –langah untuk penyelamatan , “ungkap Suanrto, Senin ( 20 Juni) usai menghadiri acara KKN bersama antara IPB, UNIDA, UNPO di Pendopo Kabupaten Ponorogo . (wid)