DUTANUSANTARAFM.COM : Isak tangis para pengungsi desa Talun kecamatan Ngebel kembali pecah setiap kali menceritakan bencana tanah longsor yang mereka hadapi saat ini . Hal ini karena penduduk Dusun Krajan dari 5 RT yang telah mengungsi di SDN I Talun itu merasa trauma. Setiap musim hujan setiap hari diliputi ketakutan selama 5 tahun selalu dihantui potensi bencana tanah longsor . Karena sejak 2017 sudah terdeteksi adannya retakan dari hasil penelitian Tim Geologi Bandung sepanjang 2000 meter sehingga dinyatakan wilayah Gunung Banyon ini berbahaya dan dalam status waspada bencana . Hal tersebut disampaikan Camat Ngebel Dwi Cahyanto , kepada awak media , Selasa ( 25/10/2022) dikantornya.
“Ada 260 jiwa di 5 RT di Dusun Krajan Desaa Talun Kecamatan Ngebel yang masuk ring 1 zona merah atau zona berbahaya. Masyarakat setempat jika hujan turun selalu diliputi rasa takut dan khawatir karean dari dalam tanah mereka mendengar gemuruh seperti suara pesawat tempur F16, “ungkap Dwi Cahyanto.
Menurut Penelitian tahun 2017 , Gunung Banyon ini sudah dinyatakan memang berbahaya dan alam ststus waspada . Namun diluar dugaan ternyata bencana malah terjadi di Desa Banaran Kecamatan Pulung. Para pakara menyatakan ada perbedaan kontur tanah didalam gunungan yang berbeda di dua titik potensi bencana ini . Di Gunung Banyon didalamnya ternyata ditemukan masih banyak bebatuan yang mampu mengikat tanah sehingga sampai saat ini tidak terjadi longsor . Sedangkan di Gunung Banaran Kecamatan Pulung tanahnya murni tanpa ada bebatuan sehingga gampang longsor.
“Tapi kejadian longsor saat ini lebih besar dari tahun -tahun sebelumnya sehingga kita sangat waspada. Karena, manakala Gunung Banyon yang saat ini mengalami keretakan sepanjang 2 km dengan lebar retakan hampir 1 meter jika lepas maka akan sangat berbahaya, potensi material longsorannya sangat besar . Kita sangat waspada. Karena saat ini didi sisi terap di bawahnya juga rertakan panjangnya mungkin 100 meter dan sudah ada penurunan pergeseran tanah sejak Minggu malam pukul 19.00 disertai suara gemuruh itu, “terang Dwi Cahyanto .
Sehingga pihak pemerintah DesaTalun, BPBD, TNI, Pori dan para relawan mewanti-wanti para pengungsi untuk tidak pulang kerumah jika keadaan gelap. Hanya pemuda saja yang di perbolehkan menjenguk rumah karena jika terjadi sesuatu bisa melarikan diri lebih cepat . Bahkan ternak -ternak milik pengungi juga sudah diamankan.
“Sebenarnya, pengungsian di SDN Talun itu menurut saya belum masuk titik aman. Sehinga kewaspadaan dan kesiapsigaan dilakukan secara penuh , “tegasnya. (wid)