DUTANUSANTARAFMCOM : Setiap hari Sabtu dan Minggu Pukul 07 .00 , Ketua Kelompok wanita Tani Harapan Desa Lembah Kecamatan Babadan, Ponorogo bersama anggota dan anak anak melakukan kegiatan penanaman Pohon. Penanaman pohon ini sudah dilakukan sejak tahun 2013 lalu di mulai dengan menanam tepi- tepi jalan sawah di pedesaan setempat. Hal ini dilakukan dalam rangka konservasi alam untuk menjaga ketersediaan sumber air tanah di desa setemat. Perjuangan Endang sang ketua kelompok Tani Wanita bersama anggotanya ini diawali dengan penuh perjuangan. Karean mendapat banyak tantangan, penolakan, cacian dan cemoohan . Tidak saja dari pemilik sawah setempat tapi juga dari tokoh masyarakat bahkan tokoh agama. Dari pemerintah Desa Lembah Juga kurang respon sehingga program penghijuaan sebagaian ada yang gagal .
Kegagalan ini terjadi karena faktor alam dan kurang pedulinya masyarakat pada kelangsungan hidup tanaman yang di tanamam. Pada tahun 2013 san , KWT .Harapan menannam sekitar 1000 Pohon Sengon, dan 400 buat Matoa. Kemudian pada tahun 2014 , menanam buah buahan jenis rambutan dan sirsat . Kemudian pada tahun 2015 menanman sengon dan Jabon. Pada tahun 2016 , Kwt Harapan menggandeng beberap pihak selain melakukan penghijauan berua penanaman pohon jenis tanamn keras juga melakukan penanaman refugia atau bunga bunga pengendali hama.
“Masyarakat protes waktu awal awal , kami menginisiasi penanaman pohon tepi jalan ini atau bahu jalan ini dianggap telah mengganggu produksi padi mereka karena di anggap ngayomi. Tapi Alhamdulillah sejak tahun 2017 sedikit sedikit sudah mulai sadar. Setidaknya banyak yang tidak mencemooh lagi, “jelas Endang.
Kegetolan kami untuk melakukan penanaman pohon pohon keras ini dilatar belakangi kondisi eksploitasi sumber air tanah permukaan yang cukup besar oleh petani di kawasan kecamatan Babadan terutama di Desa Lembah. Masyarakat petani di kwasan Babadan, selama ini mengandalkan sistim irigasi teknis dengan menyedot air menggunakan pompa air seperti diesel dan sub mercible. Ironisnya , eksploitasi air tersebut tanpa di imbangi dengan konservasi alam berupa penanam pohon untuk tetap menjaga sumber air. Bahkan kegiatan berekonomi petani ini semakin tidak bijak terhadap alam dengan menanam padi- padi dan padi selama 1 tahun penuh. Akhirnya di musim kemarau mulai terjadi bencana kekeringan.
“Ironisnya lagi saat bencana terjadi , bukan sadar untuk menanaman pohon atau membuat resapan air (biopori) tapi mereka memperdalam atau mengebor lagi tanahnya dan mengganti mesin pompa airnya dari jenis mesin diesel menjadi cible,”jelas Endang.
Meski kesadaran masyarakat terhadap alam masih kurang tak membuat , kwt Harapan patah semanga. Bahkan disaat pandemi korona seperti ini mereka lebih siap dalam upaya melakukan konservasi alama. Diantarannya dengan mempersiapan persemaian bibit sendiri. Selain itu juga menggandeng kelompok kelompok lain yang peduli dengan penghijuaan ini. Diantaranya dengan Lembaga Penanggulangan Bencana dan perubahan Iklim Nahdatul Ulama (LPBI NU) dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ponorogo , dengan sejumlah desa di beberapa kecamatan , Perhutani dan Dinas Lingkungan Hidup .
“Terakhir ini, kami mencoba mengajak anak anak yang di tengah pandemi korona ini banyak dirumah banyak , banyak menggunakan hp untuk ikut serta melakukan penghijauan. Selain untuk mengurangi kebosanan mereka saat dirumah juga untuk mengenalkan tentang alam, lingkungan dan upaya konservasi alam pada mereka. Sehingga anak anak lebih peduli nantinnya pada lingkungannya, “jelas Endang
Hal senada juga di ungkapkan anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Lembah Hartoyo. Hartoyo mengaku dirinya mulai ikut terlibat langsung dengan kegiatan Kwt. Harapan dalam hal konsevasi sejak tahun 2014 lalu sampai sekarang. Awalnya, melibatkan RT nya yang pada saat itu dirinya saat ini bertindak sebagai ketua RT namun sekarang karena kesadaan sendiri dan mulai menyukai kegiatan konservasi ini terus terlibak aktif. Menurut Hartoyo kegiatan konservasi ini bisa disadari masyarakat adalah untuk kepentingan para petani juga dalam jangka panjang. Bila langkah ini tidak segera dilakukan maka bencana kekeringan berupa kesulitan air akan semakain meluas. Tidak saja pada sektor pertanian tapi pada sektor rumah tangga juga.
“Bila setiap tahun hanya menambah kedalaman air lama lama membahayakan sumber air juga . Sehingga warga harus disadarkan pentingnya membuat biopori dan menanam . Ini untuk mengimbangi pemasangan pompa pompa air yang semakin banyak dan terus bertambah,”terang Hartoyo, Rabu (25/11/2020).
Sementara itu Slamet , Kasi Pengelolaan Lahan dan Irigasi Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo mendukung penuh langkah kwt.Harapan yang setiap tahun walaupun penuh kesulitan dan berada ditengah pandemi korona, tetap melakukan konservasi alam berupa penanam pohon ini. Karena dalam beberapa tahun ke depan jumlah pompa air jenis cible yang di pasang petani semakin banyak sehingga eksploitasi sumber airnya akan semakin besar. Data dari Dinas Pertanian. Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo mencatat pada tahun 2020 ini , total sudah ada 23.124 pompa irigasi tanah. Dengan rincian Mesin pompa irigasi tanah dangkal sebanyak 4.721 unit, pompa irigasi tanah sedang sebanyak 18.035 unit dan pompa irigasi tanah dalam sebanyak 368 unit. Akibatnya permukaan air tanah setiap tahun mengalami penurunan sekitar 50- 60 cm.
“Untuk mengendalikan dan mengatur pemasangan mesin pompa air kita bersama DPRD sudah membuat perda tentang pengelolaan sumber air. Harapannya dengan perda ini pemasangan cible dan submercible bisa dikendalikan,”jelas Slamet Kasi Pengelolaan Lahan dan Irigasi Dinas Pertanian Ketahahan Pangan dan perikanan Kabupaten Ponorogo, Rabu ( 25/11/2020). (wid)