Perjuangan Penyintas Covid Isoman Untuk Sembuh

DUTANUSANTARAFM.COM : Nyawa seperti sudah diujung rambut Kalimat ini selalu keluar pertama dari para penyintas COVID ketika ditanya .bagaimana rasannya terpapar Korona Virus . Selain itu , mereka merasakan mual, tidak doyan makan, lemas, pusing, tulang tulang disentuh sakit semua, sesak nafas, pusing dan seperti berhalusinasi .
Sumiatin (45 tahun) warga Desa Lembah Kecamatan Babadan yang bekerja sebagai penjual susu kedelai di pasar di wilayah Madiun mengaku 3 minggu mengisolasi diri dalam kamar rumahnya karena merasa terpapar covid-19. Paparannya tersebut dicurigainya tertular dari suaminya Wagianto yang loper susu kedelai di pasar eks stasiun dan di Pasar Dayang .
Paparan COVID- 19 bermula saat ,Wagio didatangi pembeli yang bukan langganan biasanya dalam kondisi batuk pilek ternyata begitu pulang dari loper merasakan badannya tidak enak. Seperti masuk angin berat sakit itu berlanjut luar biasa dirasakannya di rumah dalam beberapa hari. Wagio dan istrinya belum curiga kalau terkena covid-19 hanya saja lidah terasa pahit , indra pengecapan tak merasakan apa apa. Karena lidah Wagio merasakan pahit maka di belikanlah oleh istrinya kelapa muda . Karena tidak enak makan dan minum maka kelapa muda itu tidak habis di minum oleh Wagio kemudian karena merasa sayang untuk dibuang di minumlah sisanya oleh istrinya ( Sumiatin ) dengan menggunakan sedotan yang sama .
” Waduh tidak sampai lama ,aku merasakan tidak enak tenggorokanku dan tidak enak badanku. Aku baru sadar apa aku kena COVID ini , ” ungkap Sumiatin kepada dutanusantarafm.com, Senin (10/07/2021) saat kondisinya membaik dan sudah mulai keluar rumah untuk berjemur .
Sumiatin menceritakan selama 3 minggu mengisolasi diri merasakan sakit luar biasa tapi sama dokter saya di beri obat flu seperti paracetamol., vitamin dan antibiotik Saat deman saya minum paracetamol. Saya juga setiap hari minum rebusan air jahe ,sere lemon plus minyak kayu putih dalam kondisi panas. Minuman sekaligus digunakan untuk penguapan agar saya tidak sesak nafas. Ketika pusing luar biasa saya keramasi kepala dengan air panas.
” Saya yo gak doyan makan namun saya paksa. Makanan saya adalah bubur beras .Setiap makan saya menyiapkan air panas karena ketika saya masukkan makanan ke mulut terus mau muntah saya sentor dengan air hangat yàng agak panas itu,”kata Sumiatin .
Sumiatin juga mengaku saat kondisinya seperti kritis, pikirannya nglangut seperti memikirkan siaran innalillahi ( kematian).
” Beruntung anak ku Naila yang masih berumur 9 tahun mau disuruh tidur sendiri di depan dan saya di belakang dan ayahnya di dekat dapur manut saja ,” imbuhnya.
Perjuangan untuk sembuh dan hidup karena terpapar COVID-19 juga dialami Thorikin (47th ) yang bekerja di kapal dan kapalnya ngedock di kawasan Bangkalan. Jauh dari akses kesehatan dan pendatang membuatnya harus perjuangan memanfaatkan yang ada di sekitar kapalnya. Thorikin mencurigai dirinya kena COVID-19 saat indra penciumannya tidak berfungsi begitu pula indra pengecapannya. Yang dilakukan setiap pagi dan sore minum rebusan air jahe, sere campur lemon , campur minyak kayu putih dalam kondisi panas. Berjemur tiap pagi dan tidur di luar .
” Saya terpaksa tidur di luar karena di kamar ber AC . Karena selama satu minggu pertama terpapar itu saya tetap harus bekerja padahal kondisi badan terasa lemas,” ungkap Thorikin .
Paska satu minggu dengan menyewa sepeda motor, Thorikin mengaku berangkat sendiri ke rumah sakit untuk tes Swab memastikan dirinya apakah terpapar COVID -19 atau tidak . Jika iya, harapannya bisa mendapatkan obat antivirus dan vitamin yang mempercepat proses penyembuhan. Dari hasil SWAB PCR dinyatakan positif kemudian di beri obat dan diminta Isoman serta beristirahat kerja selama10 hari .
“Akhirnya beristirahat total selam 10 hari hanya mengurus diri sendiri. Tapi pengobatan tradisional minum rebusan jahe ,sere dan lemon di campur minyak kayu putih tak teruskan . Selang 2 hari dari rumah sakit indra penciuman sudah pulih dan setelah 14 hari hasil Rapid Antigen menyatakan negatif, “terangnya.
Hal serupa dialami Winarsi (47th) warga Kecamatan Babadan bersama keluarganya yang harus menjalani Isoman setelah satu orang anaknya dinyatakan positif terpapar COVID-19. Winarsi bersama 2 anaknya yang masih duduk di sekolah dasar dalam kondisi sehat alias OTG. Sementara Satu anaknya yang sudah bekerja dinyatakan posistif menjalani isolasi di rumah tua milik almarhum orang tuanya yang selama ini kosong . Dan suaminya menjalani isolasi tersendiri disalah satu rumahnya. Setiap hari, Winarsi menyediakan minuman rempah untuk anggota yang bergejala itu. Mereka juga rutin penguapan dan berjemur.
“Alhamdulillah semua membaik, anak -anak saya yang kecil juga sehat dan tetangga semua juga biasa saja tidak mengucilkan “ungkap Winarsi. (wid)