DUTANUSANTARAFM.COM: Meski harga- harga hasil produksi pertanian terutama holtikultura saat ini cenderung melesu, para petani holtikultura Ponorogo diminta untuk tetap semangat. Pasalnya melesunya pasar untuk hasil pertanian terjadi diseluruh wilayah Indonesia karena dampak pandemic covid-19. Namun menurunnya jumlah penderita covid-19 dan berubahnya peta sebaran covid-19 di Ponorogo dari orange menjadi kuning dan diharapkan menjadi hijau, bisa menjadi harapan bagus bagi petani. Hal itu disampaikan oleh Sekertaris Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo Medy Susanto, Sabtu ( 07/11/2020). Menurut Medy Susanto pada musim tanam ini jenis tanaman holtikultura cukup menjanjikan. Karena, tanaman holtikultura seperti melon, cabe, tomat, terong , kacang panjang adalah tananam of season.
“Informasi BMKG untuk kabupaten Ponorogo musim penghujan awalnya diperkiraka mulai terjadi pada November dasarian 1-3 namun ternyata maju satu minggu. Hujan sudah terjadi secara terus menerus 10 hari dengan curah hujan lebih tinggi 50 mm/ detik . Ini musim yang bagus untuk mulai menanam hotikultura,”jelas Medy Sudanto kepada dutanusantarafm.com, Sabtu (07/11/2020).
Namun Ir. Medy Susanto mengingatakan petani harus memperhatikan beberapa hal saat bercocok tanam di musim penghujan. Pertama, drainase harus bersih dan dalam, perawatan tanaman harus bagus, karena kelembapan tinggi penyakit potensi terkena penyakit jamur juga tinggi dan penanaman dengan sistem gulutan.
Mbah Juwadi , petani terong warga Dusun Krajan Desa Pomahan Kecamatan Pulung mengatakan dirinya tetap semangat menanam meski harga turun dari Rp.2.000 per kg menjadi Rp.1000 per kg. Dengan harga itu , setiap 3 hari sekali dia masih mendapatkan hasil panen sebesar Rp.300.000.
“ Petani itu menghadapai harga yang naik turun sudah biasa jadi tidak kaget. Meski harga turun tapi hasil panen tetap lumayan. Hasil panen Rp. 300.000 setiap 3 hari ini akan bertambah karena puncak produksi panen saya baru akan terjadi 2 minggu kedepan,”terangMbah Jumadi, penuh semangat. (wid).