Home / Highlight News / Kabar Kota Kita / Pariwisata

Selasa, 17 November 2020 - 08:10 WIB

Gegara Aplikasi Pembatas Jarak , Siswa Sma Muhipo Juara 1 Education Competition

Amel Puspita Wardani ditemani dua temannya yaitu Fahri Ahmad Fadhilah dan Ranu Ricko Arya Wardhana memperlihatkan hasil temuannya

Amel Puspita Wardani ditemani dua temannya yaitu Fahri Ahmad Fadhilah dan Ranu Ricko Arya Wardhana memperlihatkan hasil temuannya

DUTANUSANTARAFM.COM : Amelia Puspita Wardani , siswa SMA MUHAMMADIYAH Ponorogo  berhasil menyabet juara Pertama dalam Education Competition  se Jawa Timur yang digelar 28 Agustus hingga 28 Oktober  2020 lalu. Amel menemukan sebuat aplikasi  yang mampu berfungsi mendeteksi  warga yang tidak  taat protokol kesehatan covid-19 utamanya di pusat perbelanjaan. Aplikasi tersebut dinamaninnya disco- type (distance controller prototype). Aplikasi disco-type ini dirakit sebagai alat pembatas jarak pada antrian pusat perbelanjaan guna mengurangi penyebaran virus Covid-19 di era new normal.

“Dengan alat ini, ketika ada pembeli di kasir swalayan yang melewati garis yang ditentukan maka alat akan memberi indikasi suara dan nyala lampu,” ungkap Amelia Puspita Wardani salah satu siswa SMA Muhipo, Senin (16/11/2020).

Menurut Amel-sapaan akrabnya, tujuan dibikinnya alat ini lantaran sering kali melihat orang yang masih abai protokol kesehatan. Utamanya yang melanggar jaga jarak di pusat perbelanjaan. Dengan alat tersebut diharapkan menjadi pengingat semua orang agar tetap menaati protokol kesehatan khususnya di pusat perbelanjaan.

“Biaya untuk merakit aplikasi ini relatif kecil. Kita hanya mengeluarkan biaya sekitar  Rp 200 ribu saja untuk membeli sensor ultrasonik, insfra merah, kabel, lampu led, dan otaknya pakai ardiunouno. Bahkan beberapa diantaranya merupakan bahan bekas,” sebutnya.

Amel menceritakan dalam merakit aplikasi , dirinya ditemani dua temannya yaitu Fahri Ahmad Fadhilah dan Ranu Ricko Arya Wardhana. Sedangkan untuk kegitan mulai dari awal hingga akhir di dampingi guru pembinannya M. Sahrur Rachman. Sejumlah kesulitan dialaminnya terutama untuk mendapatkan beberapa komponen. Komponen-komponen yang di butuhkan di Ponorogo masih jarang. Sensor Ultrasonik misalnya, harus beli di Surabaya. Pengirimannya pun agak lama.

“Untuk membuat alat ini, sebenarnya tidak sampai memakan satu minggu. Kemarin karena mepet untuk kepentingan lomba Cuma membutuhkan waktu  5 hari,” sebutnya.

M. Sahrur Rachman pembina mengapresiasi kegigihan anak didiknya yang mampu berpestasi di tengah pandemi. Sebagai guru pembinan pihaknya hanya memberikan motivasi , dukungan dan juga pendampingan. Dukungan didantaranya dengan menggandeng pembimbing dari alumni Politeknik Elektronika Negeri-PEN Surabaya.

“Kami terus memberikan motivasi, walau masa pandemi jangan patah semangat, terus lah berkarya, tunjukkan kehebatan dan kemampuan kalian supaya dunia mengenal dan sukses,” sebutnya. (wid)

Share :

Baca Juga

Highlight News

Rehabilitasi lahan kritis di Desa Tugurejo Slahung, ribuan bibit pohon ditanam

Highlight News

4000 Bibit Pohon Tertanam di Tugurejo Masuk SI SEGER TANPO AC

Highlight News

IPNU-IPPNU Ponorogo Gelar Seminar dan Deklarasi Ponorogo Zero Perkawinan Anak, Bangun Masa Depan Sehat dan Setara

Highlight News

Akibat rokok, Sepeda motor hangus terbakar

Highlight News

Perdana, CFD HOS Cokroaminoto – Jensud Ponorogo

Highlight News

Harlah IPNU ke-71 dan IPPNU ke-70, Gelar Reyog Santri

Highlight News

Persit KCK Cab XVI Dim Ponorogo Gelar Donor Darah Peringati HUT ke 79 Persit KCK Tahun 2025

Highlight News

MK Tolak Gugatan Paslon no urut 1, KPU Ponorogo segera tetapkan Pemenang Pilkada