DUTANUSANTARAFM.COM: Seni pertunjukan Reyog Ponorogo kembali menggeliat setelah sekian lama ditiadakan akibat adanya pandemi Covid-19, utamanya setelah dilaunching oleh Pemkab Ponorogo satu bulan lalu, dengan nama Reyog New Normal Atau Reyog Adaptasi Kebiasaan Baru. Namun Reyog yang diperbolehkan masih sebatas pertunjukan Reyog Rutin bulanan setiap tanggal sebelas dan di jadwal bergilir antara desa Seperti halnya pagelaran Reyog yang diselenggarakan Pemerintah Desa Lembah, Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
Pagelaran Reyog didesa Lembah kecamatan Babadan juga sebagai saranan sosialisasi adaptasi kebiasaan baru. Sehingga semua tahapan Protokol kesehatan covid-19 ketat diterapkan, semisal para penari Jathil yang wajib mengenakan faceshield dan pergantian gigitan dadak merak bagi para pembarong, meski semua protokol kesehatan tidak sepenuhnya dapat diterapkan.
Pemerintah kabupaten Ponorogo sendiri sebetulnya telah mengeluarkan SOP terkait pertunjukan Reyog Adaptasi Kebiasaan Baru diantaranya tidak boleh dilakukan diruang terbuka namun wajib di halaman Desa/Kelurahan sehingga mampu membatasi penonton. Namun kenyataan dilapangan berkata lain.
“ Ya yang paling sulit itu jaga jarak terutama kalau ada pertunjukan seperti ini. Kecuali pertunjukan diruang tertutup,” ungkap Heri Setyo Kurniawan , Kepala Desa Lembah kecamatan Babadan, Selaa (11/08/2020) .
Begitu pula protokol kesehatan bagi para pemain. Di akui Heri sosialisasi jauh-jauh hari telah ia lakukan baik kepada para pemain maupun masyarakat penonton, meski dalam prakteknya masih mengalami kendala.Meskipun demikian sejumlah upaya telah dilakukan panitia penyelenggara pertunjukan hal ini nampak dari penyediaan penyediaan masker bagi yang tidak pakai , penyediaan tempat cuci tangan, pemeriksaan termogan, penyediaan bilik sterilisasi dan penyediaan tempat duduk secara berjarak.
Pertunjukan Seni Reyog Ponorogo Manggolo Mudo Desa Lembah Babadan seolah menjadi pengobat Rindu masyarakat atas tradisi kebanggaan mereka yang telah lama vakum karena Covid-19. Pertunjukan demi pertunjukan mulai Tarian Jathil, Atraksi Lincah Bujang Ganong yang diperagakan Anak-anak hingga Remaja, Prabu Kelana Sewandono hingga munculnya Ikon Dadak Merak menyedot ratusan pengunjung.
Untuk sementara waktu pertunjukan Reyog digelar secara bertahap dalam masa adaptasi kebiasaan baru ini. Yang dulunya pertunjukan Reyog digelar diseluruh desa namun saat ini hanya satu desa secara berggantian per bulannya pada tiap kecamatan. Namun karena kebijakan inilah yang juga dikhahwatirkan makah memicu masyarakat desa lain untuk berbondong-bondong. Sehingga usaha mengunci kerumunan secara lokal sulit dilakukan. (end)