Komisi B Minta Ada Dealine Penempatan Kios Pasar Legi Demi Pemulihan Ekonomi Ditengah Pendemi Covid-19

DUTANUSATARAFM.COM : Komisi B Bidang Perekonomian DPRD Ponorogo melakukan tinjuan mendadak di Pasar Legi Ponorogo, Senin (11/10/2021). Tinjauan dilakukan menindak lanjuti banyaknya keluhan dari pedagang pasar terkait masih semrawutnya penataan di dalam pasar termasuk masih banyaknya lapak dan kios yang masih kosong belum dibuka. Harapannya , segala permasalahan tersebut segera bisa diselesaikan sehingga perputaran ekonomi di Pasar Legi bisa dioptimalkan demi pemulihan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini. Karena pasar adalah salah satu pengungkit dan indikator pulihkan perekonomian di kabupaten Ponorogo akibat imbas dari krisis kesehatan dan krisis ekonomi karena covid-19.
“Saya bersama teman –teman komisi B didampingi PLT Dinas Perdagkum sudah keliling dari lantai 1 hingga lantai 4. Banyak permasalahan dan trouble yang di keluhkan kepada saya dari para pedagang termasuk masih banyaknya kios dan lapak yang masih tutup . Kios ini harus segera di buka , Dinas harus memberikan deadline waktu. Selama 3 bulan ke depan jika tidak segera di buka maka lapak bisa dialihkan ke orang lain , “kata Suhari Ketua Komisi B DPRD Ponorogo, Senin (11/10/2021).
Dengan tetap memakai Protokol Kesehatan mencuci tangan , memakai masker dan tetap menjaga jarak peninjuan lapang oleh komisi B di Pasar Legi , Suhari menjelaskan temuan paling trouble di lantai 3 dan 2 . Seorang Pedagang mracang bernama Atim sambil menangis menyampaikan keluhan atas nasibnya sebagai pedagang lama yang di pinggirkan . Berada di lantai 3 ujung selatan lapaknya seperti berada didaerah terpencil sepi tanpa ada pengujung.
“Pedagang ini menyampaikan janjinya dulu dari Dinas bahwa pedagang lama di prioritaskan. Namun kenyataannya dirinya dan teman –temannya pedagang lama malah ditempatkan dilapak pingir –pinggir dan tidak dilirik orang. Ditangisi pedagang hati saya trenyuh, “kata Suhari.
Temuan lain adalah di lantai 1 ada pelanggaran zonasi . Ada seorang pedagang mracang di lantai 3 meninggalkan kiosnya dan menjual dagangannya dilantai 1 seperti kopi , gula dan sembako lainnya. Padahal lantai 1 untuk dagangan yang bersifat basah seperti sayur dan buah. Sehingga ini menimbulkan kecemburuan antara pedagang. Kemudian ditemukan pedagang yang pasang rolling door sendiri , di lantai 3 ada banyak pedagang yang nyegat di jalan .
“Ini tidak bisa di biarkan harus segera ditertiban , jika di biarkan akan menimbulkan kegaduhan dan kecemburuan. Selain itu untuk meramaikan lapak –lapak yang sepi harus di lakukan inovasi, even-even dan kegiatan yang bisa menarik masyarakat , “terang Suhari.
Atim, seorang pedagang mracang di lantai 3 yang menangis saat menyampaikan keluhannya kepada ketua komisi B Suhari mengaku merasa terpinggirkan dalam pembagian kios. Padahal dirinya dan teman temannya adalah pedagang lama. Namun malah di beri lapak paling pinggir paling ujung dan buntu. Sementara kios atau lapak yang posisinya strategis, ditengah, dekat lift di berikan pada pedagang –pedagang baru yang tidak tahu kenapa bsia memperoleh.
“Bagaimana gak menangis , kita sudah 2 bulan berjualan disini tapi tidak ada yang mampir untuk membeli dagangannya.karena letak kios yang berada dipojokan. Sehari hanya dapat uang Rp.10 ribu hingga Rp.20 ribu saja, “kata Atim. (wid)