Johan Budi, Pertanian Terintegrasi Bisa Selesaikan 60 % Masalah Pupuk

DUTANUSANTARAFM.COM : Pupuk adalah kebutuhan pokok bagi sector pertanian di Indonesia termasuk didaerah seperti di Ponorogo. Namun masalah akan kebutuhan pupuk ini terutama pupuk bersubsidi tidak pernah terselesaikan secara tuntas termasuk masalah pupuk non subsisidi di Ponorogo yang merupakan salah satu lumbung pangan di Jawa timur . Dikembangkannya pilot project pertanian terintegrasi ramah lingkungan di Desa Lembah Kecamatan Babadan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI ) Ponorogo bekerjasama dengan Kelompok Wanita Tani Harapan, Komunitas Keluarga Buruh Migran (KKBM) Lembah dan sejumlah kelompok pecinta pertanian organik Ponorogo menarik perhatian Johan Budi Sapto Pribowo anggota Komisi III DPR RI.
Johan Budi alias JB yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Jubir Presiden Joko Widodo ini menyempatkan diri mengunjungi kawasan yang menjadi pilot project PWI bersama stake holder lainnya tersebut , Sabtu (15/01/022). Berdiskusi dengan anggota PWI dan juga petani setempat yang sedang bergotong royong menata kawasan dan menyiapkan 1000 liter tandon pupuk cair organic (POC) yang rencannya akan di bagikan gratis kepada petani menjadi temuan menarik JB. Karena dari hasil diskusi tersebut jika pertanian terintegrasi ramah lingkungan ini dikembangkan bisa membantu menyelesaikan masalah pupuk hingga 60% .
“Mendegar cerita pertanian nyambung dengan peternakan saja sudah mengahsilkan Pupk organik cair dan pupuk remah. Jika ini dikembangkan akan menyelesaikan persoalan pupuk sebesar 60 % . Ini akan membantu menyelesaikan ppersoalan yang bekaitan dengan kelangkaan pupuk, harga pupuk dan unsur hara tanah, Program ini yang dikembangkan teman-teman media ini riil dilapangan dan ini perlu didengar bupati termasuk juga kementrian. Setelah kembali ke Jakarta akan saya sampaikan ke kementrian terkait, “ungkap Johan Budi Sapto Pribowo.
Lebih lanjut JB menyampaikan segala upaya yang diperuntukkan bagi petanian, peningkatan kesejahteraan petani, kelestarian lingkungan pihaknya akan mendukung . menurutnya, apa yang dilakukan teman- teman media di Ponorogo langsung konkrit dan dirasakan mensyakat
“Akan saya dukung, dari sisi regulasi apa yang bisa saya bantu kita dukung sisi regulasi , atau terkait kebijakan pemerintah daerah. Pak bupati harus tahu ini juga , “jelasnya .
Di informasikan sebelumnya, kebutuhan Pupuk Bersubsidi setiap musim tanam dan setiap tahun selalu menimbulkan masalah. Dan permasalahahannya berbeda –beda dalam setiap musimnya. Dulu masalah pupuk bersubsidi sering muncul dan membuat gaduh adalah kuotannya yang lebih kecil dari RDKK, sehingga pupuk bersubsidi jadi rebutan, kemudian bergeser pada penjualan pupuk keluar daerah, kelangkaan pupuk bersubsidi. Dan seiring pergeseran pola fikir petani banyak petani yang sudah tidak terlalu memburu pupuk bersubsidi karena untuk mendapatkannya ribet , kemudian sebagaian besar petani beralihk ke pupuk non subsidi. Permasalahan baru muncul harga pupuk non subsisi yang naik drastis dan sulit dijangkau petani. Dan sekarang ini muncul perjualan pupuk melampaui HET yang ada. Bahkan terbaru ada petugas pertanian yang memanipulasi RDKK untuk proses E RDKK agar mendapatkan tambahan kuota pupuk bersubsidi.

Sementara itu Endang Widayati salah satu anggota Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Ponorogo sekaligus Ketua KWT. Harapan Lembah menyampaikan untuk merintis dan mengembangkan pertanian terintegrasi ramah lingkungan ini dilakukan sejak tahun 2016. Dimulai dari pencanangan refugia atau penanaman bunga –bungan pengendali hama ,dampaknya lumayan besar sekarang Ponorogo terbebas dari endemic hama Wereng Batang Coklat (WBC). Sejak saat itu pola-pola pertanian ramah lingkungan terus dilakukan dengan mensosialisasikan peternakan untuk menopang kebutuhan pupuk , kemudian di kembangkan juga konservasi dengan penanaman pohon dan pembuatan biopori untuk mengantasi krisis air akibat exploitasi air untuk pertanian.
“ Ini seperti ekonomi yang berputar atau bahasa sekarang Circular-Green Economy. Artinya yang ada di kawasan tersebut berputar saling menopang. Pertanian menopang peternakan dengan limbah jeraminya untuk pakan ternak, peternakannya menopang pertanian dengan limbah kotorannya sebagai pupuk. Kemudian refugianya menopang ketahan tanaman sebagai pengendali hama kemudian menopang pariwisata dengan keindahannya dan memunculkan ekonomi tambahan berupa madu dari lebah yang hadir karena keberadaan bunga atau refugia tadi, Bahkan ada juga roduksi batik ecoprint dari tanaman pakan bernama indigovera, “terang Endang Widayati. (wid)