DUTANUSANTARAFM.COM : Ponorogo- Belasan warga Desa Lembah kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo yang tergabung dalam Komunitas Keluarga Buruh Migran (KKBM) Lembah dan Kelompok Wanita Tani Harapan melakukan gerakan pemasangan biopori pada Selasa ( 23/11/2021). Pemasangan biopori yang dilaksanakan di tengah pandemi covid-19 ini dilakukan dengan cara gotong royong baik dalam pembelian materialnya seperti pipa maupun pemasangannya. Bahkan untuk peralatannya memimjam dari Koramil Babadan. Mereka enggan menunggu program pemerintah melalui dana RT yang rencananya pada tahun 2022 mendatang akan ada alokasi juga untuk pembuatan biopori. Masyarakat menganggap musim hujan ini adalah waktu yang tepat untuk membuat biopori, jika menunggu anggaran maka akan terlambat satu tahun untuk upaya menyimpan air. Sehingga meskipun mereka mengaku mengalami krisis ekonomi juga akibat pandemi covid-19 dan sebagai petani mereka saat ini belum memasuki musim panen namun mereka berjuang merealisasikan keinginan memasang biopori walau dengan cara urunan.
“Ini waktu yang tepat untuk memasang biopori atau sumur resapan air. Karena masih awal musim hujan sehingga air hujan dari atap genting rumah tidak terbuang ke sungai. Kita berusaha pasang 2 unit biopori disetiap rumah kita, “kata H. Usman Nugroho Koordinator kegiatan.
H.Usman Nugroho mengungkapkan pandemic bukan halangan untuk melakukan kegiatan terutama untuk menjaga alam kita dan sumber air kita. Semua harus di perjuangakan, baik berjuangan melwana xovid-19 maupun berjuangan menjaga alam . Menurut Usman Nugoho, petani di wilayahnya termasuk dirinnya adalah pelakua eksploitasi air bawah tanah yang besar dengan menggunakan sub mercible. Sehingga dirinnya dan teman –temannya berusah untuk mengimbangi itu dengan membuat biopori (sumur resapan) dan juga melakukan konservasi atau penghijauan. Untuk sementara ada 20 titik sumur resapan yang di buat, dana nanti akan terus dilanjutkan dan disosialisasikan.
Hal senada juga disampaiakn Sunarto , salah seorang yang ikut dalam kegitan pemasangan biopori ini. Menurut Sunarto sebenarnya biayanya tidakk terlalu besar , pembuatan biopori juga tidak rumit hanya butuh kemauan dan kesadaran saja dari masyarakat . Membuat sumur resapan atau biopori ini darurat harus segera dilaksanakan. Jika tidak maka akan terjadi bencana berupa krisis air dimasa depan. Sinyal ini sudah kita rasakan sejak 10 tahun terakhir . Di desa lembah , untuk pengairan sawah awalnya hanya menggunakan siesel dengan kedalaman 10 meter, 4 tahun kemudian diesel di gali diturunkan 2 meter , 4 tahun kemudian diesel diturunkan lagi 4-6 metr kedalam tanah . Dan sekarang meski diturunkan diesel sudah tidka mengeluarkan air karean air permukaan sudah habis, petani akhirnya mengbor tanah dengan kedalaman 40-60 meter dan menggunakan pompa air dalam untuk menikkan air.
“Itu sudah pertanda bencana krisi air akan terjadi jika kita tidka peka mulai dari sekarang . Kita harus mulai sekarang, jangan menunda lagi untuk membuat biopori dan penghijauan. Ini untuk kepentingan anak cucu kita kedepan, “kata Sunarto. (wid)