DUTANUSANTARAFM.COM : Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Ponorogo Agung Priyanto meminta kepada sekolah negeri terutama tingkat SLTP untuk memperbaiki diri dalam program pendidikannya di tengah pandemi covid-19. Dunia pendidikan dalam hal ini guru harus belajar adaptasi terhadap teknologi dan aplikasi untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan . Jangan sampai karena kemalasan guru untuk belajar aplikasi tidak ada tatap muka antara siswa dengan guru walaupun dengan cara virtual. Jika ini terjadi maka kualitas pendidikan akan semakin merosot . Bahkan, akan lebih merosot lagi jika ada sekolah yang melakukan diskriminasi sistem pendidikan antara kelas reguler dan kelas unggulan.
“ Jika di tengah pandemi yang menyebabkan multi krisis ini masih ada sekolah yang melakukan diskriminasi pendidikan antara kelas unggulan dan kelas regular lebih baik kelas itu di bubarkan saja. Karena sangat menyakiti rakyat, “ungkap politisi senior Ponorogo dari fraksi PDIP , Minggu (01/08/2021) setelah mendapatkan sejumlah laporan masyarakat.
Agung Priyanto mengaku mendapatkan sejumlah laporan masyarakat terkait diskriminasi pendidikan antara kelas unggulan dan kelas reguler ini. Di antarannya selama masa pandemic 2020- 2021 ini ada orang tua yang anaknya berada di kelas reguler Negeri mengusulkan untuk membentuk grup WA wali murid 2 kali juga tidak dilakukan. Orang tua juga mengusulkan untuk dilakukan zoom meeting agar siswa mengenali gurunya dari berbagai mata pelajaran juga tidak dilakukan. Guru atau wali kelas beralasan ada anak yang gawainya tidak suport untuk digunakan zoom meeting. Berbeda di kelas unggulan , ada WA wali murid, ada zoom meeting , ada pemantaun intensif saat mengerjakan tugas dan lainnya.
“ Bahan saat orang tua berkonsultasi dengan wali kelas menanyakan perkembangan pembelajaran anaknya , gurunya hanya menjawab “ bagaimana lagi lo bu pandemi la pripun nggih?, “ ungkap Agung Priyanto.
Para wali murid menyampaikan kepadanya , bolehnya pihak sekolahan meminta bantuan dana dari wali murid untuk gotong royong memajukan dunia pendidikan . Namun jangan hanya untuk seragam, galon, paving dan perpisahan, melainkan yang lebih substantif kepada kualitas pendidikan. Guru dan sekolah juga harus peka terhadap situasi saat ini . Dampak dari krisis kesehatan ini menyebabkan krisis ekonomi, sosial , budaya yang luar biasa maka perlu kepedulian , ke gotongroyongan , inovasi dan kreatifitas juga secara bersama –sama.
“Ok lah, gotong royong wali murid diminta membayar tapi untuk kegiatan yang lebih subtasi dengan kwalitas pendidikan . Misalnya, wali murid di minta untuk biaya mendatangkan tim IT agar bisa zoom meeting atau untuk kegiatan lain yang lebih inovatif demi meningkatkan ilmu pengetahuan anak. Dunia pendidikan jangan tidur berlindung pandemi. Ayo bangkit cari terobosan dan cari inovasi baru “terang Agung Priyanto.
Sementara itu , Pamuji Ketua Komisi D Bidang Pendidikan dan kesejahteraan DPRD Ponorogo di koordinasi hal ini mengaku akan melakukan pengecekan ke lapangan terlebih dahulu. Mengakui ada beberapa sekolah yang kesulitan sinyal namun daerah yang datar harusnya tidak mungkin. Untuk pemberian bantuan kuota internet . Pamuji mengakui secara teknis kurang memahami . (wid)